Minggu, 14 Desember 2014 0 komentar

Bahasa Jepang

Fungsi-fungsi Partikel ni
Partikel ni secara umum memiliki kegunaan yang sangat luas dan dapat digolongkan sebagai berikut:
1)      Menunjukkan tempat keberadaannya suatu benda. (di)
学生たちは教室います。
(Murid-murid ada di ruangan kelas.)
Konsep target dalam bahasa Jepang sangatlah umum dan tidak terbatas pada verba gerakan. Contohnya pada kalimat diatas, partikel ni disini menyatakan lokasi benda pada bahasa Jepang adalah target bagi verba keberadaan (ある dan いる).
2)      Menunjukkan untuk menyatakan obyek suatu aktivitas. (di, pada)
ノート書きます。
(Menulis di buku catatan.)
3)      Untuk menyatakan waktu. (pada)
一時公園へ行きました。
(Saya telah pergi ke taman pada jam 1.)
Partikel ni juga bisa digunakan untuk menyatakan waktu berlangsungnya suatu peristiwa. Umumnya digunakan bersama dengan bilangan jam atau penunjuk waktu lainnya, seperti pada contoh diatas.
4)      Menunjukkan menghadap/menuju/memasukkan ke suatu arah atau tempat. (ke)
バケツ水を入れます。
(Memasukkan air ke ember.)
Partikel ni dalam kalimat diatas menyatakan target dari verba. Ini berbeda dengan o, di mana verbanya melakukan sesuatu terhadap objek langsung. Dengan partikel ni disini, verbanya melakukan sesuatu menujukata yang ditandai ni.
5)      Menunjukkan objek yang dituju. (kepada)
あなただけ話します。
(Saya hanya berbicara kepada kamu saja.)
Pada dasarnya, penggunaan partikel ni yang ini berfungsi menunjukkan apa yang dilakukan objek (dia) kepada subjek (saya), seperti pada contoh kalimat di atas.
6)      Menunjukkan batas lingkungan. (dalam, per-)
年 ( 一年 ) 二度ぐらいキャンプに行きます。
(Dalam setahun saya pergi berkemah lebih kurang dua kali.)
7)      Menunjukkan digunakan sebagai/untuk apa. (untuk, sebagai, dengan)
これは何使いますか。
(Ini digunakan untuk apa?)
8)      Menunjukkan syarat/alasan/penyebab terjadinya sesuatu. (akan, atas, oleh)
ぬれています。
(Basah oleh hujan.)
Pada contoh kalimat diatas, partikel ni disini dipakai setelah nomina untuk menyatakan sebab-sebab atau alasan.
9)      Menunjukkan bagi/terhadap sesuatu. (bagi, untuk)
この読み物は子供適しています。
(Bacaan ini cocok untuk anak-anak.)
10)  Digunakan bentuk konjugasi kedua (Renyōkei 連用形) dari kata kerja, untuk menyatakan maksud tujuan. (untuk)
毎日プールへ泳ぎ行きたいです。
(Saya ingin tiap hari pergi ke kolam renang untuk berenang.)
11)   Menunjukkan taraf atau keadaan sesuatu.
花がきれい咲いています。
(Bunga sedang mekar indah.)
0 komentar

Joshi in Japanese (to)

Kata bantu atau Partikel dalam bahasa Jepang disebut “Joshi”. Makna Joshi dilihat dari huruf kanjinya; kanji pertama dibaca “Jo” dapat juga dibaca “Tasukeru” yang berarti bantu, membantu, atau menolong, sedangkan kanji kedua dibaca “Shi” memiliki makna yang sama dengan istilah kotoba yang berarti kata, perkataan atau bahasa. Jadi “Joshi” adalah kata yang membantu kata lain dalam kalimat bahasa Jepang.

Kata bantu dalam bahasa Jepang atau Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo (kata tambahan) yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi lebih jelas lagi.

Dari segi tata bahasa, Joshi merupakan bidang yang cukup sulit. Selain itu jumlahnya sangat banyak dan dalam satu Joshi terkadang memiliki arti yang berbeda-beda. Namun beberapa diantaranya ada Joshi yang memiliki arti yang sama tetapi cara penggunaannya yang berbeda. Hal ini sangat membingungkan orang asing yang belajar bahasa Jepang. Misalnya pada waktu kita membuat kalimat sebagai berikut:
Kare wa ano beddo ni nete iru
(dia sedang tidur di tempat tidur ini)
Kare wa ano beddo de nete iru
(dia sedang tidur di tempat tidur ini)
Kedua kalimat ini memiliki arti yang sama, perbedaan partikel “ni” dan “de” pada kalimat di atas dititikberatkan pada cara-cara kita mendeskripsikan kalimat tersebut. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak perbedaan yang ada dalam Joshi.

Berdasarkan fungsinya kata bantu dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:
  1. Kakujoshi
Kakujoshi ialah Joshi biasa, yang pada umumnya melekat pada kata benda  untuk menunjukkan hubungan antara kata benda tersebut dengan kata lainnya.
contohnya:      1.   Ashita wa Tami san to ishoni gakko e iku
                  (besok pergi ke sekolah bersama tami)
            2.   Tsukue no ue ni kaban ga aru
                  (di atas meja ada tas)
            3.   Mai asa, supotsu o suru
                  (setiap pagi, melakukan olahraga)
Kakujoshinya melekat pada kata benda dan juga menunjukkan hubungan potongan kata dengan potongan kata lainnya dalam kalimat, tanpa kakujoshi ini sebuah kalimat tidak akan terbentuk. Sesuai dengan contoh diatas maka kata bantu “TO” merupakan kakujoshi. Selanjutnya pembahasan yang lebih terperinci mengenai fungsi kata bantu “TO” dalam kalimat akan dibahas pada Bab III.
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini adalah : ga, no, o, ni, e, to, yori, kara, de dan ya.


  1. Setsuzokujoshi

Setsuzokujoshi ialah Joshi Penyambung kalimat, yang biasanya melekat pada dooshi, i-keiyoshi, na-keiyoshi atau Jodoshi untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya.
Contoh :          1.   Ashita tenki ga warukutemo, doraibu ni ikou
                              (meskipun besok cuaca buruk, mari kita berkendaraan keliling)
                        2.   Kaze ga arimasenga, hana ga otsu
                              (tidak ada angina tetapi bunganya gugur)
            3.   Hayakereba hayai hodo ii de aru
                  (lebih cepat lebih baik)
Kata bantu “TO” juga merupakan setsuzukoshi yang berfungsi untuk menyambung kalimat antara induk kalimat dengan anak kalimat. Selanjutnya pembahasan yang lebih terperinci mengenai fungsi kata bantu “TO” dalam kalimat akan dibahas pada Bab III.
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini ialah: ba, to, keredo, keredomo, ga, kara, shi, temo (demo), te (de), nagara, tari (dari), noni dan node.
  1. Fukujoshi
Fukujoshi ialah Joshi sebagai keterangan, dipakai setelah kata benda, kata kerja, kata sifat-i, kata sifat-na, kata keterangan, bahkan ada juga yang dipakai setelah partikel lainnya. Fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata berikutnya.
Contoh :          1.   Kaigi ga owatta bakari de aru
                  (rapat baru saja selesai)
            2.   Yamada san mo tanaka san mo gakusei de aru
                  (tanaka dan yamada adalah murid)
            3.   Kare wa maiban nijikan gurai nihonggo o benkyoo suru
                  (dia setiap malam belajar bahasa jepang 2 jam)
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini ialah: wa, mo, koso, sae, shika, demo, made, bakari, dake, hodo, kurai (gurai), nado, nari, yara, ka dan zutsu.
  1. Shuujoshi
Shuujoshi ialah Joshi diakhir kalimat, digunakan pada akhir kalimat atau pada akhir bagian kalimat untuk menyatakan perasaan si pembicara seperti larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya (Tadasu, 1989: 143-144). Kata bantu yang termasuk dalam shuujoshi ini sering dipakai dalam bahasa Jepang lisan sehari-hari.
Contoh :          1.  Hayaku mitai naa
                              (ingin cepat-cepat lihat)
                        2.   Doushita no 
                              (Kenapa?)
3.   Shiranai wa
      (tidak tahu)
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini ialah: ka, kashira, na, naa, zo, tomo, yo, ne, wa, no dan sa.Kata bantu atau Joshi memiliki ciri khas sebagai berikut:
1.      Tidak dapat berdiri sendiri
2.      Tidak berkonjugasi
3.      Tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan dalam kalimat
4.      Selalu mengikuti kata lain
5.      Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada kata lain.

Kata bantu “TO” sebenarnya memiliki banyak fungsi tetapi agak sulit menemukan penjelasan mengenai keseluruhannya dalam buku teks. Berikut ini adalah fungsi-fungsi kata bantu “TO” dalam kalimat bahasa Jepang.
Menunjukkan arti “dan” dalam Bahasa Indonesia
Pada pemakaian ini, pola kalimat yang dipakai yaitu:
            Kata benda + to + kata benda
Contoh kalimat:
a.       Ara san to nina san wa Indonesia jin de aru
(Ara dan Nina adalah orang Indonesia).
b.      Sofu to sobo ni okurimono o shitai de aru
(Saya ingin memberi bingkisan kepada kakek dan nenek).
c.       Tami san to Fifi san wa Amerika no daigaku de benkyou shite iru
(Tami dan Fifi kuliah di sebuah universitas di amerika).
d.      Indonesia to Nihon to wa mukashi kara kankei ga fukai de aru
(Indonesia dan Jepang berhubungan erat sejak dahulu).
 Menunjukkan arti “Bersama; bersama-sama; dengan” dalam Bahasa Indonesia
Pola kalimat yang digunakan ialah:
            Kata benda + to + kata kerja
Pada pemakaian ini biasanya ditambahi ‘ishoni’ setelah partikel ‘to’, menjadi ‘to ishoni’  dengan  tujuan untuk mempertegas arti bersama; bersama-sama; dengan dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat:
a.       Asahara san wa Fujiko san to kekkon shite iru
(Asahara menikah dengan Fujiko).
b.      Onesan wa onisan to shokuji o shite iru
(Kakak makan bersama abang).
c.       Watashi wa Ayu san to ishoni DVD o miru
(Saya nonton DVD bersama Ayu).
d.      Mishiranu hito to kosai shinai hou ga ii de aru
(Lebih baik tidak bergaul dengan orang yang tidak dikenal).
Menunjukkan arti objek perbandingan; dengan dalam bahasa Indonesia
Pada pemakaian ini ada beberapa pola kalimat yang digunakan yaitu:
            1. Kata benda + to + kata kerja perbandingan
            2. Kata benda + to + kata benda + to +kata perbandingan
Contoh kalimat:
a.       Kono shatsu wa watashi no to yoku nite iru.
(Baju ini mirip dengan punya saya).
b.      Ototo wa ani to chigatte, sei ga takai de aru
(Adik tubuhnya tinggi berbeda dengan kakak).
c.       Ringo to mikan to dochira ga suki de aruka?
(Antara apel dan jeruk yang mana yang kau sukai?)
d.      Watashi to onaji iken no kata wa inaika?
(Tidak adakah orang yang sependapat dengan saya?)
 Menunjukkan suatu perubahan atau hasil
Dalam pemakaian ini setelah partikel ‘to’, kata kerja yang digunakan ialah ‘naru’ menjadi ‘to naru’. Pola kalimatnya yaitu:
            Kata benda + to naru
Contoh Kalimat:
a.       Orinpikku no kaikai shiki no hi to natta.
(Hari pembukaan olimpiade telah tiba).
b.      Chiri mo tsumoreba, yama to naru.
(Debu pun kalau terus tertimbun, akan menjadi gunung).
c.       Shitsugyosha ga senmannin to natta.
(Pengangguran telah mencapai sepuluh juta orang).
d.      Yahan kara ame ga yuki to natta.
(Mulai dari tengah malam hujan telah menjadi salju).
 Menunjukkan kutipan, isi apa yang dikatakan, ditanya, didengar, ditulis, dipikir, dikira
Pola kalimatnya adalah Kutipan kalimat atau kata benda + to + kata kerja yang digunakan.
Contoh kalimat:
a.       Watanabe san ga “kuji made ni jimusho ni kuru yo ni” to itte imashita.
(Kata Watanabe “kamu harus datang ke kantornya jam 9”).
b.      Kare wa “ryogaeya wa doko ka” to tazunemashita.
(Dia bertanya “Dimana tempat penukaran valuta asing?”).
c.       “Kin-en” to kaite arimasu kara, tabako o suwanaide kudasai.
(Karena tertulis “Kin-en”, tolong jangan merokok).
Menunjukkan suatu niat
Pola kalimat adalah Kata kerja bentuk maksud + to + omotte iru
Maknanya kira-kira sama dengan “to omou”, tetapi kata kerja bentuk maksud “to omotte iru’ mengandung arti bahwa pembicara telah menetapkan maksudnya sebelum berbicara dan sekarang pun maksud tersebut masih berlanjut. Kata kerja bentuk maksud “to omotte iru” dapat juga digunakan untuk menyatakan maksudorang ketiga.
Contoh kalimat:
a.       Donokurai Indonesia ni iyou to omotte imasuka?
(Anda hendak tinggal berapa lama di Indonesia?).
b.      Ashita inaka e shinrui no mono o tazune ni iko to omotte imasu.
(Besok saya hendak pergi ke kampung halaman mengunjungi famili)
c.       Kare wa gaikaku de hatarakou to omotte imasu.
(Dia bermaksud bekerja di luar negeri).
 Menunjukkan nama sesuatu
Pola kalimatnya yaitu:
            Nama benda/ nama tempat/ nama orang + to + iu
Contoh kalimat:
a.       Kanojo wa sun plaza to iu tokoro e ikimashita.
(Dia perempuan pergi ke tempat yang bernama Sun Plaza)
b.      Kono fairu wa yamada san to iu namae ni agete kudasai
(Fail ini tolong berikan kepada orang yang bernama yamada).
c.       Onisan ga indomaret to iu mise de hatarakimasu.
(Abang bekerja di took yang bernama Indomaret)
d.      Gramedia to iu honya de kono manga o kaimashita.
(Saya membeli komik ini di took buku yang bernama Gramedia).
e.       “Kompas” to iu shinbun o shite imasuka?
(Apakah kamu tahu Koran yang bernama Kompas?).
  Menunjukkan arti  begitu, segera, langsung, ketika
Pola kalimatnya yaitu:
            Kata kerja bentuk kamus + to +kalimat selanjutnya
Pemakaian ini menunjukkan suatu hal terjadi/ dilakukan segera setelah suatu hal terjadi/ dilakukan; juga menunjukkan pada waktu melakukan sesuatu, keadaan memang sudah seperti itu dengan arti: “begitu… ; se…; segera; langsung; lantas; serta merta, ketika”
Contoh kalimat:
a.       Uchi ni kaeru to, gohan o tabemashita.
(Begitu pulang ke rumah, makan nasi).
b.      Okiru to, sugu ha o migaite, mizu o abite imasu.
(Begitu bangun tidur saya segera menggosok gigi dan mandi).
c.       Dento ga tsuku to, akaruku narimashita.
(Begitu lampu menyala, menjadi terang).
d.      Yoku miru to, sore wa ari deshita.
(Ketika melihat dengan jelas, ternyata itu adalah semut).
e.       Gakkou owaru to, shoten e manga o kai ni ikimashita.
(Seusai sekolah, saya pergi ke toko buku membeli komik)
          Menunjukkan arti  bila
Pola kalimatnya yaitu:
            Kata kerja bentuk kamus + to + keadaan
Dalam pola kalimat ini berarti jika kalimat pertama terjadi maka keadaan/ kalimat berikutnya pasti terjadi. Setelah partikel “to” tidak bisa digunakan kalimat bentuk keinginan.
Contoh kalimat:
a.       Yoru ni naru to, kuraku narimasu.
(Bila malam tiba akan menjadi gelap).
b.      Haru ni naru to, hana ga mankai ninarimasu.
(Bila musim semi tiba, bunga-bunga berkembang semua).
c.       Toshi o toru to, kiokuryoku ga niburimasu.
(Bila sudah usia lanjut, daya ingat menjadi tumpul).
d.      Okane ga nai to, komarimasu.
(Susah kalau tidak punya uang).
e.       Migi e magaru to, yuubinkyoku ga arimasu.
(Jika berbelok ke kanan, ada kantor pos).
 Menunjukkan arti  bila tidak…, tidak…
Dipakai bila suatu hal tidak mencapai syarat tertentu, maka tidak akan terjadi hal yang lainnya; bentuk …nai to… nai.
Pola kalimatnya yaitu:
            Kata kerja/ kata sifat  bentuk nai + to + keadaan 
a.       Shiciji ni naranai to kanojo wa okimasen.
(Bila belum jam tujuh, dia tidak akan bangun)
b.      Hayaku nai to, ichiban no kisha ni ma ni aimasen.
(Kalau tidak cepat-cepat, tidak akan keburu naik kereta yang pertama)
c.       Isshokenmei ni benkyou shinai to, jozu ni naremasen.
(Bila tidak belajar dengan giat, tidak akan menjadi pandai).
d.      Ganbaranai to, nani mo dekimasen.
(Jika tidak berusaha, apapun tidak akan bisa).
e.       Doryoku shinai to, rippa na seika wa araremasen.
(Bila tidak berusaha keras , kita tidak akan memperoleh hasil yang gemilang).
   Banyak digunakan pada kata keterangan dan kata peniruan
Pola kalimatnya yaitu:
            Kata keterangan/ kata peniruan + to + kata kerja
a.       Ondori ga kokekokko to nakimashita.
(Ayam jantan telah berkokok kukuruyuk).
b.      Nonbiri to inaka de kurashite imasu.
(Hidup tenang di desa).
c.       Heya ga kichin to katazukete arimasu.
(Kamar dibenahi dengan rapi).
d.      Takai biru ga zurari to narande imasu.
(Gedung tinggi berdiri berderet-deret).
e.       Shikkari to tesuri ni tsukamarinasai.
(Peganglah erat-erat dengan kuat).
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.         Arti kata bantu “to”  yaitu dan, bersama, dengan, bila, jika, begitu… ; se…; segera; langsung; lantas; serta merta, ketika dan lain-lainnya.
2.         Kata bantu “to” digunakan setelah kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan dan adverbial peniruan.
3.         Untuk mempertegas arti bersama-sama, kata bantu “to”  ditambah “ishoni” menjadi “to ishoni”
4.         Dalam “to iu, to kaku, to kiku, to omou, to hanasu, to tazunaru dan lainnya”, kata bantu “to” tidak perlu diartikan.
5.         Kata kerja sebelum kata bantu “to”, harus dalam bentuk kamus.

0 komentar

Macam Ekosistem dan Bioma

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi 2, yaitu ekosistem darat (terestrial) dan ekosistem perairan (akuatik).

Ekosistem Darat



Terdiri atas beberapa macam bioma antara lain bioma gurun, padang rumput, hutan hujan tropis, hutan gugur, taiga, dan tundra.

1.  Bioma Gurun

Gurun merupakan daerah kering yang curah hujannya hanya 20 cm per tahun. Vegetasi dominan pembentuk bioma gurun adalah kaktus. Adapun hewan yang hidup di bioma ini umumnya aktif pada malam hari atau nokturnal. Hal tersebut merupakan adaptasi terhadap suhu lingkungan yang sangat panas dan untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh.

2.  Padang Rumput

Bioma ini memiliki karakteristik beriklim sedang, dengan curah hujan berkisar antara 25–75 per tahun dan vegetasi dominannya adalah rumput. Adapun hewan yang hidup di bioma ini adalah kelinci, serigala, dan kuda.

3.  Hutan Hujan Tropis

Bioma hutan hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per tahun dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun.

Tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma ini paling beragam (memiliki keanekaragaman paling tinggi) dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana (tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan.

4.  Hutan Gugur

Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur, Eropa Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri suhu yang sangat rendah pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas (-30°C hingga 30°C). Curah hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat menggugurkan daunnya pada saat musim panas (pada hutan gugur daerah tropis) dan pada saat musim dingin (pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup di bioma ini antara lain tikus, beruang, bajing dan burung. Beberapa hewan pada bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama musim dingin dengan terlebih dahulu mengkonsumsi banyak makanan.

5.  Taiga

Bioma taiga dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini sangat basah karena penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma taiga terdapat di daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100 cm per tahun. Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan Asia bagian timur. Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya konifer dan pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di antaranya adalah rusa, beruang hitam, salamander, dan tupai.

6.  Tundra

Bioma tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah hujan yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut. Binatang yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer (rusa kutub), serigala, dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim tertentu

7.  Savana

Savana merupakan padang rumput yang didominasi oleh rumput dengan semak serta pohon yang terpencar. Savana memiliki curah hujan sekitar 90–150 cm per tahun. Hewan yang hidup di dalamnya, antara lain gajah, kuda, dan zarafah.



Ekosistem Perairan




Meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.

Pada ekosistem air tawar memiliki ciri antara lain: variasi suhu rendah dan dipengauhi keadaan iklim dan cuaca. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang diterima, habitat air tawar dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu :

litoral, yaitu daerah dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari dapat mencapai dasar perairan.
Limnetik, yaitu daerah terbuka sampai kedalaman tertentu masih dapat ditembus cahaya.
Profundal, yaitu daerah dasar perairan sehingga cahaya tidak mampu mencapai dasar perairan.
Berdasarkan keadaan airnya (aliran airnya), habitat air tawar dibedakan menjadi 2, yaitu :

Lotik, yaitu ekosistem air tawar yang keadaan airnya mengalir. Contoh : sungai, mata air, dan sebagainya .
Lentik, yaitu ekosistem air yang keadaan airnya tenang. Contoh : kolam, waduk, dan sebagainya.


Pada ekosistem air laut memiliki ciri antara lain salinitasnya tinggi, tidak dipengaruhi variasi suhu dan iklim.

Berdasarkan intensitas cahaya matahari, habitat laut dibedakan :

Daerah fotik (eutrofik), yaitu daerah yang masih ditembus cahaya.
Daerah disfotik, yaitu daerah  yang sedikit cahaya (remang –remang)
Daerah afotik, yaitu daerah yang tidak mendapat cahaya matahari.
Berdasarkan fisiknya (secara vertikal), daerah laut dibedakan :

Daerah litoral, yaitu daerah yang dipengaruhi pasang surut (0 – 200 meter).
Daerah batial, yaitu daerah yang kedalamannya antara 200 – 2000 meter.
Daerah abisal, yaitu daerah yang kedalamannya antara 2000 – 4000 meter.
Daerah hadal, yaitu daerah yang kedalamannya lebih dari 4000 meter.


Di Indonesia dikelompokkan 4 ekosistem utama, yaitu :

a.   Ekosistem Bahari (laut), ekosistem ini meliputi :

Ekosistem laut dalam, ekosistem memiliki keanekaragaman  jenis yang rendah, dan tidak terdapat organisme autotrof. Kelompok hewan yang ada berupa benthos.
Ekosistem Pantai Pasir Dangkal (litoral),daerah ini memiliki beberpa bentuk ekosistem, yaitu :
Ekosistem Terumbu Karang,  terumbu Karang terbentuk karena kegiatan organisme laut seperti Coelenterata, Cacing, Kerang, dan Karang berkapur. Pada daerah ini perairannya jernih dan berpasir.
Ekosistem Pantai Batu,Pantai Batu dapat berupa batu caday yang berasal dari proses konglomerasi, yaitu persatuan antara batu – batu kecil, tanah liat, kapur, dan bongkahan batu granit. Vegetasi yang mendominasi adalah jenis alga tertentu, seperti Euchema dan Sargasum.
Ekosistem Pantai Lumpur, Pantai lumpur terdapat di daerah muara sungai dan sekitarnya yang membentuk delta, yaitu endapan lumpur yang membentang luas. Vegetasi yang mendominasi antara lain Avicenia (Api – api), Sonneratia (Bakau), Enhalus acoroide (rumput laut). Jenis hewannya berupa ikan kecil (ikan gelodok).
b.   Ekosistem Darat Alami

Ekosistem ini memiliki 3 bentuk vegetasi, yaitu vegetasi Monsun, vegetasi Pegunungan, dan vegetasi Pamah (Dataran Rendah).

Vegetasi monsun berada di daerah beriklim kering musiman dengan kelembapan udara lebih dari 33% dan curah hujan sekitar 1500 mm/th. Jenis vegetasinya meliputi padang rumput, savana, hutan monsun.
Vegetasi pegunungan terletak di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut (dpl) dengan vegetasi yang beraeneka ragam seperti hutan pegunungan, padang rumput, vegetasi lereng terbuka berbatu, vegetasi alpin dan danau.
Vegetasi Pamah ini memiliki kawasan yang sangat luas, yaitu antara ketinggian 0 – 1000 meter di atas permukaan laut.
Vegetasi ini meliputi :Hutan Bakau (hutan di tepi pantai),Hutan Rawa Air Tawar (hutan yang terletak di belakang hutan bakau), Hutan Tepi Sungai (hutan yang terdapat di sepanjang tepi sungai).  Ciri Hutan Tepi Sungai : tanahnya subur, lapisannya dalam, dan gembur. Floranya merupakan vegetasi musiman dan tumbuhan reofit (tumbuhan yang memiliki perakaran yang kuat).

    Hutan Sagu
   Hutan Rawa Gambut
Hutan ini memiliki ciri antara lain jenis floranya terbatas, pH tanah asam (kurang dari 4) kandungan haranya rendah, pohonnya tinggi, kurus, dan tidak lebat, permukaan tanah cembung dengan genangan air.

 c.  Ekosistem Suksesi

Yaitu ekosistem yang mengalami perubahan menuju kearah yang klimaks. Ekosistem ini dibedakan menjadi ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi skunder.

  d.   Ekosistem Buatan

Yaitu ekosistem yang terbentuk karen aktivitas atau usaha manusia dalam pengelolaan ataupun untuk mengadakan perubahan terhadap lahan.

Hutan buatan dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu :

Danau, ekosistem ini biasanya dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, misalnya untuk PLTA, irigasi, dan sebagainya.
Hutan Tanaman, hutan ini biasanya dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, misalnya untuk industri (HTI), bangunan, dan sebagainya. Ciri dari jenis pohon yang ditanam adalah jenis tanaman yang keras dan tanaman tahunan. Contoh : Pinus, Meranti, Puspa, Rasamala, Damar, dan sebagainya.
Agroekosistem, agroekosistem merupakan ekosistem yang dimanfaatkan untuk kepentingan manusia seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Di dalam agroekosistem memiliki keanekaragaman yang tinggi dengan memperhatikan faktor iklim, tanah, topografi, dan budaya. Contoh agroekosistem adalah sawah tadah hujan, sawah irigasi, sawah surjan, sawah rawa, sawah pasang surut, kolam, tambak, pekarangan, ladang, dan perkebunan.
 
;